Orang Italia yang Berisiko Mengalami Kemiskinan Naik, Jumlahnya Capai 11 Juta
Angkaraja, Italia – Jumlah warga Italia yang hidup dalam bayang-bayang kemiskinan meningkat secara signifikan, mencapai angka 11 juta orang pada tahun 2024, menurut laporan terbaru dari Institut Statistik Nasional Italia (ISTAT). Peningkatan ini menandai kekhawatiran serius mengenai kondisi ekonomi masyarakat di negara tersebut, meskipun perekonomian nasional menunjukkan tanda-tanda pemulihan secara makro.
Kesenjangan yang Meningkat
Menurut data ISTAT, sekitar 18,7% dari total populasi Italia kini termasuk dalam kategori “berisiko mengalami kemiskinan atau eksklusi sosial.” Ini berarti mereka hidup dengan pendapatan di bawah ambang batas kemiskinan, mengalami keterbatasan akses terhadap kebutuhan dasar, atau berada dalam rumah tangga dengan ketergantungan ekonomi tinggi.
Salah satu faktor utama peningkatan ini adalah inflasi yang terus membayangi sektor pangan dan energi. Harga kebutuhan pokok melonjak sejak pandemi COVID-19 dan semakin diperburuk oleh konflik geopolitik seperti perang di Ukraina yang berdampak pada rantai pasokan global.
Dampak pada Kelompok Rentan
Kelompok yang paling terdampak adalah keluarga dengan anak-anak, pengangguran jangka panjang, dan warga lanjut usia yang hanya bergantung pada pensiun minimum. Di wilayah Italia selatan seperti Sisilia, Calabria, dan Campania, tingkat kemiskinan bahkan jauh lebih tinggi dibandingkan wilayah utara yang lebih makmur.
Maria Conti, seorang ibu tunggal dari Napoli yang memiliki dua anak, mengatakan bahwa ia terpaksa memilih antara membayar tagihan listrik atau membeli makanan bergizi. “Saya bekerja paruh waktu, tapi itu tidak cukup. Harga terus naik, sementara gaji tetap rendah,” ujarnya dengan nada putus asa.
Peran Pemerintah dan Kritik Kebijakan
Pemerintah Italia telah memperkenalkan beberapa program bantuan sosial seperti “Assegno Unico” (tunjangan keluarga universal) dan reformasi pendapatan dasar, namun berbagai kelompok aktivis menilai langkah-langkah tersebut belum cukup menjangkau seluruh warga yang membutuhkan.
Ekonom dari Universitas Bologna, Prof. Giulio Bianchi, menilai bahwa “penanganan kemiskinan harus lebih struktural, bukan hanya melalui subsidi jangka pendek. Diperlukan reformasi situs togel online pasar kerja dan investasi dalam pendidikan serta pelatihan keterampilan.”
Masa Depan yang Tidak Pasti
Dengan ketidakpastian ekonomi global dan ancaman resesi yang masih membayangi, prospek pengurangan angka kemiskinan dalam waktu dekat tampak suram. Laporan ISTAT juga memperingatkan bahwa jika tidak ada intervensi signifikan, angka ini bisa terus meningkat dalam beberapa tahun ke depan.
Sementara itu, organisasi non-pemerintah dan lembaga sosial terus meningkatkan upaya mereka dalam memberikan bantuan pangan, tempat tinggal sementara, dan pelatihan kerja bagi masyarakat yang terdampak. Namun mereka mengakui bahwa upaya ini hanyalah “tetesan air di padang pasir” tanpa dukungan kebijakan publik yang kuat.
Baca Juga: Dijamu Gubernur dan Wagub di Balaikota, Pemain Persija Jakarta Minta Jaminan Laga Kandang